Perjanjian Renville itu apa? Mengulik sejarahnya adalah salah satu cara mengetahui bagaimana proses Indonesia bebas merdeka.
Tidak hanya kaya akan berbagai adat dan budaya, suku, pulau dan bahasa, Bangsa Indonesia ternyata juga merupakan salah satu bangsa yang kaya akan sejarah.
Salah satu bagian dari sejarah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah banyaknya perjanjian-perjanjian yang terjadi pada zaman penjajahan dahulu.
Salah satu perjanjian yang bersejarah dan cukup terkenal adalah Perjanjian Renville.
Perjanjian Renville merupakan perjanjian yang diadakan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948.
Dinamakan Perjanjian Renville karena perjanjian ini dilaksanakan di atas geladak Kapal USS Renville dari Amerika Serikat.
Perjanjian yang melibatkan Indonesia dengan pemerintah Belanda ini melibatkan Komisi Tiga Negara (KTN) yang terdiri dari Negara Amerika Serikat, Australia dan Belgia.
Meskipun perjanjian ini dilaksanakan atas dasar menemukan kesepakatan bersama yang saling menguntungkan kedua belah pihak, namun faktanya Perundingan Renville ini banyak merugikan pemerintah Indonesia.
Yuk simak secara lengkap apa saja latar belakang, waktu dilaksanakannya Perjanjian Renville, isi dan siapa saja tokoh yang terlibat? Baca di bawah ini dengan seksama.
Latar Belakang Terjadinya Perjanjian Renville
Peristiwa yang melatar belakangi terjadinya Perjanjian Renville adalah konflik yang terjadi antara Indonesia dengan pemerintah Belanda.
Kedua belah pihak terlibat perseteruan yang kembali memanas. Apalagi ditambah terjadinya serangan dari pihak Belanda lewat peristiwa agresi Militer I Belanda yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 4 Agustus 1947.
Dalam peristiwa tersebut, Pemerintah Belanda melakukan serangan terhadap daerah-daerah di Indonesia setelah sebelumnya telah mengingkari perjanjian Linggarjati yang diadakan di Linggarjati, Cirebon dan Jawa Barat.
Pemerintah Belanda telah melanggar isi dari perjanjian linggarjati yang sebelumnya telah ditandatangani bersama pada tanggal 25 Maret 1947.
Akibat peristiwa ini, menimbulkan perhatian dan reaksi keras dari pihak luar. Dewan keamanan PBB kemudian mengeluarkan resolusi untuk melakukan gencatan senjata antara Indonesia dengan Belanda.
Akhirnya, Pada tanggal 6 Agustus 1947, gubernur jenderal Van Mook dari Belanda memerintahkan untuk melakukan gencatan senjata untuk mengakhiri agresi militer Belanda I.
Pada Tanggal 25 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda secara damai dengan membentuk Komisi Tiga Negara.
Negara yang tergabung dalam KTN tersebut adalah Amerika Serikat, Australia dan Belgia. Ketiga negara tersebut dipilih oleh Belanda sebagai pihak mediator atau penengah.
Waktu dan Tempat Perjanjian Renville
Dalam perjanjian yang melibatkan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda serta melibatkan Komisi Tiga Negara yakni Australia, Amerika Serikat dan Belgia ini dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 1947.
Adapun penandatanganan atas isi Perjanjian Renville tersebut adalah pada tanggal 17 Januari 1948.
Lokasi tempat diadakannya Perundingan Renville ini adalah diatas sebuah kapal USS Renville milik Amerika Serikat. Kapal tersebut kala itu sedang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Karena nama kapal tersebut, sehingga tidak mengherankan jika perjanjian ini terkenal dengan nama Perjanjian Renville.
Tokoh Dalam Perjanjian Renville
Dalam perjanjian ini ada banyak tokoh yang terlibat di dalamnya,baik dari pihak Indonesia, pihak pemerintah Belanda maupun dari pihak Dewan Keamanan PBB selaku Mediator perundingan.beberapa tokoh tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Delegasi Republik Indonesia
Tokoh perjanjian renville dari delegasi Indonesia adalah:
Ketua : Amir Syarifudin Harahap
Anggota lain : Ali Sastroamijoyo, Haji Agus Salim, Dr. Coa Tik Len, Dr. Johannes Leimena, Nasrun
2. Delegasi Belanda
Tokoh perjanjian renville dari delegasi Indonesia adalah:
Ketua : R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo
Anggota lain : Dr. P. J. Koest, Mr. Dr. Chr. Soumokil, Mr. van Vredenburg
3. Penengah/Mediator dari PBB
Tokoh perjanjian renville dari PBB adalah:
Ketua : Frank Porter Graham
Anggota : Richard Kirby, Paul van Zeeland
Bagaimana? Sudah tidak penasaran bukan mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dalam perundingan renville? Nah sekarang, pembahasan selanjutnya yakni Isi perjanjian renville.
Isi Perjanjian Renville
Hasil dari perundingan renville telah disepakati oleh kedua belah pihak baik Belanda maupun Indonesia. Meskipun pada kenyataanya banyak point yang merugikan Banga Indonesia.
Adapun mengenai isi perjanjian renville adalah sebagai berikut :
- Wilayah Republik Indonesia yang diakui oleh Belanda antara lain hanya Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera
- Disetujuinya batas wilayah antara Republik Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
- Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS)
- Belanda akan tetap berdaulat hingga terbentuknya Republik Indonesia Serikat
- Republik Indonesia Serikat memiliki kedudukan yang sejajar dengan Uni Indonesia-Belanda
- Belanda dapat menyerahkan kekuasaanya ke pemerintah federal sementara, sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk
- Akan diadakan pemilihan umum dalam kurun 6 bulan sampai 1 tahun ke depan dalam pembentukan konstituante Republik Indonesia Serikat
- Pasukan tentara Indonesia yang berada di daerah pendudukan Belanda harus berpindah ke daerah Republik Indonesia.
Dampak Perjanjian Renville
Setelah disetujuinya hasil Perjanjian Renville pada tanggal 17 Januari 1948, ada banyak hal yang berdampak pada pemerintah Indonesia.
Berdasarkan fakta yang terjadi, hasil Perundingan Renville telah banyak merugikan Bangsa Indonesia.
Salah satunya adalah wilayah Indonesia yang semakin berkurang dan banyak dikuasai oleh pihak Pemerintah Belanda.
Tidak hanya itu, banyak pasukan nasional Indonesia yang harus ditarik mundur ke wilayah Indonesia sendiri. Belum lagi, blokade yang dilakukan oleh pihak Belanda.
Menghalangi masuknya persenjataan, pakaian dan makanan menuju ke wilayah Republik Indonesia membuat ruang gerak Bangsa Indonesia kala itu semakin sempit.
Dan masih banyak dampak Perjanjian Renville lainnya yang merugikan Indonesia, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Indonesia harus menarik mundur pasukannya di luar wilayah kekuasaan yang telah disepakati
- Semakin menyempitnya wilayah Republik Indonesia karena sebagian wilayahnya telah dikuasai pihak Belanda
- Lengsernya kabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara terhadap pihak Belanda
- Belanda melakukan blokade ekonomi pada Indonesia
- Untuk memecah belah republik Indonesia, Belanda membuat beberapa negara boneka seperti negara Borneo Barat, negara Madura, negara Sumatera Timur dan negara Jawa Timur
- Indonesia terpaksa harus menyetujui dibentuknya Negara Serikat dalam melalui masa peralihan.
- Indonesia harus terpaksa kehilangan sebagian wilayah kekuasaan karena grais Van Mook yang harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda
- Wilayah Indonesia semakin sempit.
Pelanggaran Perjanjian Renville
Terjadinya pelanggaran terhadap isi Perjanjian Renville disebabkan oleh beberapa hal berikut:
1. Hijrah
Akibat Perjanjian Renville yang harus memaksa pemerintah Indonesia untuk menarik pasukan dari wilayahnya sendiri bukan karena kalah perang melainkan politisi yang kalah dalam sebuah perundingan.Hal ini membuat berat hati para prajurit dan melakukan semua ini dengan sulit.
Wilayah Indonesia yang hanya meliputi Yogyakarta dan sebagian wilayah di Jawa Tengah memaksa para prajurit untuk melakukan hijrah dari Siliwangi ke daerah Gombong, Solo, Yogyakarta dan Magelang.
2. Agresi Militer Belanda II
Pada tanggal 19 Desember 1948 telah terjadi agresi militer Belanda yang Ke II serta penangkapan beberapa tokoh Soekarno, Sjahrir, Mohammad Hatta dan beberapa tokoh lainnya yang mengakibatkan jatuhnya ibu kota Negara. Akhirnya dibentuk pemerintahan darurat yang dipimpin oleh Sjarifuddin Prawirnegara.
3. Serangan ke Maguo
Serangan ke Maguo terjadi pada tanggal 19 Desember 1948. Dalam hari yang sama melalui Radio Pemerintah Belanda yang diwakili oleh WTM Beel menyatakan bahwa Pemerintah Belanda sudah tidak terikat lagi dengan Perjanjian Renville dan melakukan penyerbuan di sejumlah wilayah di Indonesia.
4. Serangan Umum 1 Maret 1949
Pada tanggal 1 maret 1948 telah terjadi serangan umum besar-besaran terhadap Yogyakarta yang dipimpin oleh Panglima Besar Sudirman. Akibat serangan ini menguatkan posisi tawar dari Indonesia, mempermalukan Belanda yang telah mengklaim sejumlah wilayah di Indonesia dan menganggap pemerintah Indonesia adalah pemerintahan yang lemah.
Nah itulah kilas sejarah di Indonesia yang terjadi pada masa penjajahan dahulu. Pesona Indonesia memang luar biasa di Mata dunia.
Tidak mengherankan jika banyak Negara asing yang tertarik untuk menguasai bangsa Indonesia. Belajar dari sejarah, Kita harus menjadi bangsa yang kuat dan tidak mudah menyerah.
Demikian, semoga isi perjanjian renville ini dapat Anda pahami dengan baik. Jika dalam penulisan ada kesalahan mohon maaf dari kami theinsidemag.com.
Originally posted 2021-10-28 23:34:05.